Sapi bali merupakan salah satu hewan yang terdapat di pulau bali. Hewan ini merupakan keturunan Bos sondaicus yang berhasil dijinakkan, dengan ciri-ciri khas putih pada bagian-bagian tubuh tertentu yaitu : pada kaki yang diawali dari sendi tartus dan carpus ke bawah sampai batas kuku, pada bagian belakang  pelvis, tepi daun telinga bagian dalam dan bibir bawah., memiliki bulu sawo matang, sedang yang betina dewasa berbulu merah bata sejak lahir. Adapun yang jantan dewasa, mempunyai warna bulu hitam. Bila yang jantan dewasa kebiri, maka warna bulu hitam akan berubah menjadi merah bata kembali. Dari karakteristik karkas, sapi bali digolongkan sapi pedaging ideal ditinjau dari bentuk badan yang kompak dan serasi, bahkan nilai lebih unggul daripada sapi pedaging . Oleh karena itu dianggap lebih baik sebagai ternak pada iklim tropik yang lembab karena memperlihatkan kemampuan tubuh yang baik dengan pemberian makanan yang bernilai gizi tinggi. 
Masyarakat di Indonesia khususnya masyarakat Bali, melakukan perkembangbiakan sapi bali ini, dilakukan dalam suatu kandang agar nantinya binatang ini bisa hidup dengan nyaman dan tenang, tidak terganggu dari faktor luar seperti kepanasan terkena sinar matahari dan kedinginan terkena hujan yang deras. Hal tersebut dilakukan selain dapat melindungi sapi dari factor yang merugikan itu juga bisa mendapatkan perkembangan sapi yang lebih optimal seperti pada sapi betina akan lebih cepat untuk melahirkan. Pemberian pakan pada sapi biasanya diberikan berupa pakan alami dan pakan buatan jadi. Pakan alami yang dimaksud seperti rumput gajah, lentoro, gamal dan yang lainnya yang sejenis dengan itu. Sedangkan pakan buatan jadinya ialah suatu pakan yang dibuat dari beberapa bahan yang diolah mengguanakan sitem tertentu untuk menambah kandungan nutrisi pada suatu pakan. Contohnya seperti poral.
Pemilihaaran sapi bali itu sangat tergantung dari lingkunagn, jika lingkungan lebih hijau dan subur maka pertumbuhannya pun akan lebih cepat dan dan tempat perkembangbiakannya bisa lebih optimal, sedangkan jika lingkungan lebih gersang dan kering maka pertumbuhan sapi bali ini akan menjadi lebih lambat dan perkembangbiakannya itu kurang optimal. Seperti halnya yang terjadi di pusat kota Denpasar. Wilayah ini merupakan salah satu kota yang penduduknya terpadat di Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan banyak lahan-lahan kosong yang digunakan sebagai tempat perumahan atau pabrik-pabrik, baik itu pabrik milik pribadi, lembaga, maupun pemerintah. Sehingga lahan kosong atau perkebunan semakin menipis dan tempat untuk memelihara binatang seperti sapi bali ini menjadi sangat kurang. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat perkotaan kebanyakan memelihara binatangnya itu di suatu tempat yang kuarang tepat untuk perkembangbiakan suatu binatang. seperti ada bebrapa masyarakat yang melakukan perkembangbiakan sapi bali tidak sesuai dengan tempat yang bagus untuk pengembangan sapi bali, bahkan ada yang sampai memelihara sapinya itu dipinggir jalan yang tempatnya dikelilingi oleh bebetonan bekas-bekas perumahan atau bangunan lainnya. Hal tersebut sangatlah tidak sesuai dengan animal welfare (Kesejahteraan hewan). Dikarenakan berdasarkan animal welfare (Kesejahteraan hewan) memelihara hewan yang baik itu salah satunya ialah hewan yang kita pelihara itu tidak mengalami kesakitan, atau gangguan baik dari factor luar (External factor) maupun factor dalam (Internal factor).
Apabila hal tersebut terus menerus dilaksanakan maka lama-kelamaan sapi akan mengalami kesakitan, sehingga perlu adanya perhatian dari pihak pemerintah khususnya bidang kedokteran hewan untuk menangani sapi-sapi seperti itu. Agar nantinya sapi-saoi tersebut bisa hidup dengan layak yang sesuai dengan animal welfare.

Masyarakat di Indonesia khususnya masyarakat Bali, melakukan perkembangbiakan sapi bali ini, dilakukan dalam suatu kandang agar nantinya binatang ini bisa hidup dengan nyaman dan tenang, tidak terganggu dari faktor luar seperti kepanasan terkena sinar matahari dan kedinginan terkena hujan yang deras. Hal tersebut dilakukan selain dapat melindungi sapi dari factor yang merugikan itu juga bisa mendapatkan perkembangan sapi yang lebih optimal seperti pada sapi betina akan lebih cepat untuk melahirkan. Pemberian pakan pada sapi biasanya diberikan berupa pakan alami dan pakan buatan jadi. Pakan alami yang dimaksud seperti rumput gajah, lentoro, gamal dan yang lainnya yang sejenis dengan itu. Sedangkan pakan buatan jadinya ialah suatu pakan yang dibuat dari beberapa bahan yang diolah mengguanakan sitem tertentu untuk menambah kandungan nutrisi pada suatu pakan. Contohnya seperti poral.
Pemilihaaran sapi bali itu sangat tergantung dari lingkunagn, jika lingkungan lebih hijau dan subur maka pertumbuhannya pun akan lebih cepat dan dan tempat perkembangbiakannya bisa lebih optimal, sedangkan jika lingkungan lebih gersang dan kering maka pertumbuhan sapi bali ini akan menjadi lebih lambat dan perkembangbiakannya itu kurang optimal. Seperti halnya yang terjadi di pusat kota Denpasar. Wilayah ini merupakan salah satu kota yang penduduknya terpadat di Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan banyak lahan-lahan kosong yang digunakan sebagai tempat perumahan atau pabrik-pabrik, baik itu pabrik milik pribadi, lembaga, maupun pemerintah. Sehingga lahan kosong atau perkebunan semakin menipis dan tempat untuk memelihara binatang seperti sapi bali ini menjadi sangat kurang. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat perkotaan kebanyakan memelihara binatangnya itu di suatu tempat yang kuarang tepat untuk perkembangbiakan suatu binatang. seperti ada bebrapa masyarakat yang melakukan perkembangbiakan sapi bali tidak sesuai dengan tempat yang bagus untuk pengembangan sapi bali, bahkan ada yang sampai memelihara sapinya itu dipinggir jalan yang tempatnya dikelilingi oleh bebetonan bekas-bekas perumahan atau bangunan lainnya. Hal tersebut sangatlah tidak sesuai dengan animal welfare (Kesejahteraan hewan). Dikarenakan berdasarkan animal welfare (Kesejahteraan hewan) memelihara hewan yang baik itu salah satunya ialah hewan yang kita pelihara itu tidak mengalami kesakitan, atau gangguan baik dari factor luar (External factor) maupun factor dalam (Internal factor).
Apabila hal tersebut terus menerus dilaksanakan maka lama-kelamaan sapi akan mengalami kesakitan, sehingga perlu adanya perhatian dari pihak pemerintah khususnya bidang kedokteran hewan untuk menangani sapi-sapi seperti itu. Agar nantinya sapi-saoi tersebut bisa hidup dengan layak yang sesuai dengan animal welfare.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar